Cari Blog Ini

Senin, 14 Maret 2011

levofloksasin




Levofloksasin hemihidrat
Farmakologi
Levofloksasin adalah bentuk (S)-enansiomer yang murni dari campuran rasemat ofloksasin. Levofloksasin memiliki spektrum antibakteri yang luas. Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, termasuk bakteri anaerob. Selain itu, levofloksasin juga memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia. Levofloksasin seringkali bersifat bakterisidal pada kadar yang sama dengan atau sedikit lebih tinggi dari kadar hambat minimal. Mekanisme kerja levofloksasin yang utama adalah melalui penghambatan DNA gyrase bakteri (DNA topoisomerase II), sehingga terjadi penghambatan replikasi dan transkripsi DNA.

Microbiology
Levofloksasin aktif terhadap mikroorganisme di bawah ini, baik in vitro dan pada infeksi klinis, seperti yang tercantum pada bagian indikasi:
Mikroorganisme gram positif aerob:
Enterococcus faecalis
Staphylococcus aureus
Streptococcus pneumoniae
Streptococcus pyogenes
Mikroorganisme gram negatif aerob:
Enterobacter cloacae
Escherichia coli
Haemophilus influenzae
Haemophilus parainfluenzae
Klebsiella pneumoniae
Legionella pneumophila
Moraxella catarrhalis
Proteus mirabilis
Pseudomonas aeruginosa
Mikroorganisme lain:
Chlamydia pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae

Farmakokinetik
Profil konsentrasi plasma dan AUC levofloksasin setelah pemberian IV dan oral adalah serupa, sehingga pemberian parenteral dapat dipertimbangkan untuk menggantikan pemberian secara oral, begitu pula sebaliknya.
Setelah pemberian dosis 500 mg sekali sehari secara multipel, konsentrasi plasma maksimum dan minimum levofloksasin berturut-turut 6,4 μg/mL dan 0,6 μg/mL. Levofloksasin terikat pada protein serum kira-kira 24-38%. Levofloksasin didistribusikan secara cepat dan luas dalam blister fluid. Levofloksasin juga mempunyai penetrasi yang baik ke dalam jaringan paru. Kadar levofloksasin di dalam jaringan paru pada umumnya 2 sampai 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar dalam plasma. Levofloksasin dimetabolisme dalam jumlah kecil dan sebagian besar diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan sisanya melalui feses. Rata-rata waktu paruh eliminasi plasma setelah pemberian levofloksasin dosis multipel adalah 6-8 jam.

Indikasi
Levofloksasin injeksi diindikasikan jika pemberian secara intravena memberikan keuntungan pada pasien, seperti pasien tidak dapat mentoleransi bentuk sediaan oral.
Levofloksasin diindikasikan untuk orang dewasa (≥ 18 tahun) dengan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif pada kondisi sebagai berikut:
  • Sinusitis maksilaris akut
  • Bronkitis kronik dengan eksaserbasi bakteri akut
  • Pneumonia (community-acquired pneumonia)
  • Infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi
  • Infeksi saluran kemih tanpa atau dengan komplikasi
  • Pielonefritis akut
Bila terjadi resistensi bakteri dan hasil terapi tidak memuaskan, pengobatan perlu disertai dengan proses monitor bakteriologi.

Kontraindikasi
  • Pasien hipersensitif terhadap kandungan obat atau golongan kuinolon lain.
  • Pasien penderita epilepsi.
  • Pasien dengan sejarah tendon disorders yang berhubungan dengan pemberian fluoroquinolone.
  • Anak-anak dan remaja.
  • Ibu hamil dan ibu menyusui.

Dosis dan Cara Pemberian
  • Untuk bentuk sediaan parenteral dan oral yang bioekivalen, dapat diberikan dosis dalam jumlah yang sama, biasanya selama 7-14 hari tergantung tingkat keparahan penyakit. Dosis lazim pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 250-500 mg satu kali sehari tergantung jenis dan tingkat keparahan dari infeksi dan sensitivitas dari patogen penyebab.
Levofloksasin IV diberikan secara perlahan melalui infus intravena.
Pengobatan awal secara intravena setelah beberapa hari memungkinkan untuk digantikan menjadi pemberian secara oral disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pasien usia lanjut dan pasien dengan kerusakan fungsi hati (tetapi fungsi ginjalnya normal) dapat menerima dosis seperti pasien dewasa normal.
  • Dosis pada pasien dengan insufisiensi ginjal (bersihan kreatinin ≤ 50 ml/mnt)

Kondisi ginjal
Dosis awal
Dosis berikutnya
Bersihan kreatinin: > 50 ml/menit
Tidak diperlukan penyesuaian dosis
20-49 ml/menit
500 mg
250 mg setiap 24 jam
10-19 ml/menit
500 mg
125 mg setiap 24 jam
Hemodialisis
500 mg
125 mg setiap 24 jam
CAPD (Chronic Ambulatory Peritoneal Dialysis)
500 mg
125 mg setiap 24 jam
  • Levofloksasin IV harus diberikan secara perlahan melalui infus intravena. Untuk dosis 500 mg (100 ml) pemberian infus tidak boleh kurang dari 60 menit. Perlindungan terhadap cahaya selama pemberian infus tidaklah perlu.
Jika tutup vial telah dibuka (rubber stopper perforates) larutan harus segera digunakan (dalam waktu 3 jam) hal ini untuk mencegah kontaminasi oleh bakteri.

Peringatan dan Perhatian
  • Reaksi fotosensitivitas dapat terjadi, karena itu penderita jangan terlalu lama kontak dengan sinar matahari atau sinar ultraviolet buatan.
  • Hati-hati pada penderita yang diketahui atau dicurigai adanya gangguan terhadap gangguan SSP, karena seperti kuinolon lainnya, levofloksasin cenderung dapat menimbulkan serangan atau menurunkan ambang rangsang kejang (arteriosklerosis serebral berat, epilepsi) atau adanya faktor risiko lain yang cenderung menimbulkan serangan atau menurunkan ambang rangsang kejang (contoh: terapi obat, disfungsi ginjal).
  • Perlu dilakukan monitor kadar glukosa darah pada pasien yang mendapat terapi hipoglikemik atau insulin.
  • Selama terapi jangka panjang dengan levofloksasin, perlu dilakukan tes fungsi ginjal, hati dan hematopoietik secara periodik.
  • Pemberian levofloksasin harus segera dihentikan apabila pasien merasa nyeri, mengalami peradangan, atau ruptur tendon.
  • Reaksi hipersensitivitas yang fatal dan serius dapat terjadi pada pemberian awal, karena itu pemberian obat segera dihentikan bila mulai terjadi ruam kulit atau tanda-tanda hipersensitivitas lainnya.
  • Diagnosis kolitis pseudomembranosa perlu dipertimbangkan pada pasien yang mengalami diare setelah pemberian antibakteri.
  • Hati-hati pada penderita yang melakukan aktivitas yang membutuhkan kepatuhan dan koordinasi mental yang utuh, misalnya mengoperasikan mesin atau kendaraan bermotor karena levofloksasin dapat menyebabkan pusing.

Efek Samping
Diare, mual, vaginitis, kembung, pruritus, kulit kemerahan, nyeri abdomen, moniliasis genital, dizziness, dispepsia, insomnia, gangguan pengecapan, muntah, anoreksia, cemas, konstipasi, edema, lelah, sakit kepala, banyak keringat, leukorrhea, malaise, gugup, gangguan tidur, tremor, urtikaria.

Interaksi Obat
  • Dalam penelitian tidak terlihat adanya interaksi yang bermakna antara levofloksasin dengan teofilin, warfarin, siklosporin, digoksin, probenesid dan simetidin. Namun demikian, penggunaan golongan kuinolon lain bersamaan dengan beberapa obat yang disebutkan di atas, menimbulkan perubahan farmakokinetika dan farmakodinamika yang cukup bermakna. Oleh karena itu, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan apabila levofloksasin diberikan bersamaan dengan:
    1. Teofilin: monitor kadar teofilin secara ketat, bila perlu lakukan penyesuaian dosis teofilin.
    2. Warfarin: monitor prothrombin time atau uji koagulasi lainnya yang sesuai.
    3. Siklosporin: perubahan yang terjadi tidak bermakna secara klinis, sehingga tidak perlu penyesuaian dosis siklosporin maupun levofloksasin.
    4. Digoksin: perubahan yang terjadi tidak bermakna secara klinis, sehingga tidak perlu penyesuaian dosis digoksin maupun levofloksasin.
  • Pemberian NSAIDs bersamaan dengan golongan kuinolon, termasuk levofloksasin, dapat meningkatkan risiko stimulasi susunan saraf pusat dan serangan kejang.
  • Pengaruh terhadap glukosa darah, termasuk hiperglikemia dan hipoglikemia, telah dilaporkan pada pasien yang mendapatkan obat golongan kuinolon bersamaan dengan obat antidiabetik oral. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan pengawasan kadar glukosa darah secara ketat, jika dua jenis obat ini dipergunakan bersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar