Asumsi Dasar Pemakaian Antibiotik
• Sifat toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa merusak sel host.
• Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh.
Seleksi Obat Antimikroba
Dasar pertimbangan (ideal) :
• Identifikasi & sensitivitas organisme,
• Tempat infeksi,
• Status pasien (umur, BB, keadaan patologis, kehamilan & laktasi),
• Keamanan antibiotik,
• Biaya.
Dalam prakteknya :
• Terapi empirik sebelum identifikasi organisme.
• Berdasar bukti-bukti ilmiah & pengalaman, dengan mempertimbangkan : mengutamakan obat bakterisid, memilih obat dengan daya penetrasi baik (jaringan tubuh, sistem saraf pusat), memilih obat dengan frekuensi pemberian rendah (drug compliance), mengutamakan obat dengan pengikatan protein rendah, tidak merutinkan penggunaan antibiotik mutakhir (misalnya sefalosporin gen-3) agar terjamin ketersediaan antibiotik yang lebih efektif bila dijumpai resistensi)
Pemberian AB :
• Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar puncak obat dlm darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral.
• Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka frekuensi pemberiannya sering.
• Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati & menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap.
Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja
Bakteriostatika :
• Menahan pertumbuhan & replikasi bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai tubuh pasien.
• Membatasi penyebaran infeksi saat sistem imun tubuh bekerja memobilisasi & mengeliminasi bakteri patogen.
• Misalnya : Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolid, Linkomisin.
Bakterisid :
• Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan.
• Pembagian : a) Bekerja pd fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin, Kuinolon, Rifampisin, Polipeptida. b) Bekerja pada fase istirahat, misalnya : Aminoglikosid, INH, Kotrimoksazol, Polipeptida.
Spektrum Antimikroba
• Spektrum Sempit : bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal / grup tertentu. Misalnya, Isoniazid untuk mikobakteria.
• Spektrum Sedang : efektif melawan organisme Gram (+) & beberapa bakteri Gram (-). Misalnya, Ampisilin.
• Spektrum Luas : mempengaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya, Kloramfenikol & Tetrasiklin.
Kombinasi Obat-Obat Antimikroba
Pemberian AB tunggal lebih dianjurkan untuk :
• Organisme penyebab infeksi spesifik.
• Menurunkan kemungkinan superinfeksi.
• Menurunkan resistensi organisme.
• Mengurangi toksisitas
Pemberian Antibiotik kombinasi untuk keadaan khusus :
• Infeksi campuran.
• Ada risiko resistensi organisme, misalnya pada TBC.
• Keadaan yang membutuhkan AB dengan dosis besar, misalnya sepsis, dan etiologi infeksi yang belum diketahui.
Keuntungan Pemberian Antibiotik kombinasi :
• Efek sinergistik / potensiasi, misalnya : a) Betalaktam + Aminoglikosid; b) Kotrimoksazol (Sulfametoksazol + Trimetoprim); c) MDT pada AIDS (AZT + Ritonavir + 3TC).
• Mengatasi & mengurangi resistensi, misalnya : a) Amoksisilin + Asam klavulanat; b) Obat-obat TBC & lepra; c) MDT pada AIDS.
• Mengurangi toksisitas, misalnya : Trisulfa + sitostatika.
Kerugian Pemberian Antibiotik kombinasi :
• Antagonisme pada penggunaan bakteriostatika & bakterisid yang bekerja pada fase tumbuh.
Resistensi Obat
Definisi “resisten” :
• Bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh antibiotik pada kadar maksimal yang dapat ditolerir host.
Penyebab resistensi :
• Perubahan genetik,
• Mutasi spontan DNA,
• Transfer DNA antar organisme (konjugasi, transduksi, transformasi),
• Induksi antibiotik.
Perubahan ekspresi protein pada organisme yang resisten :
• Modifikasi tempat target,
• Menurunnya daya penetrasi obat (adanya lapisan polisakarida, adanya sistem efluks),
• Inaktivasi oleh enzim.
Antibiotika Profilaktik
• Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi, bukan untuk pengobatan infeksi.
• Lama pemberian ditentukan oleh lamanya risiko infeksi.
• Dapat timbul resistensi bakteri & superinfeksi.
Komplikasi Terapi AB
• Hipersensitivitas, misalnya pada pemberian Penisilin berupa reaksi alergi ringan (gatal-gatal) hingga syok anafilaktik.
• Toksisitas langsung, misalnya pada pemberian Aminoglikosid berupa ototoksisitas.
• Superinfeksi, misalnya pada pemberian antibiotik spektrum luas atau kombinasi akan menyebabkan perubahan flora normal tubuh sehingga pertumbuhan organisme lain seperti jamur menjadi berlebihan dan resistensi bakteri.
Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
• Inhibitor metabolisme asam folat (antagonisme kompetisi).
• Inhibitor sintesis dinding sel, misalnya betalaktam, vankomisin.
• Inhibitor sintesis membran sel.
• Inhibitor sintesis protein sel, misalnya tetrasiklin, aminoglikosid, makrolid, klindamisin, kloramfenikol.
• Inhibitor sintesis / fungsi asam nukleat, misalnya fluorokuinolon, rifampin.
• Sifat toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa merusak sel host.
• Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh.
Seleksi Obat Antimikroba
Dasar pertimbangan (ideal) :
• Identifikasi & sensitivitas organisme,
• Tempat infeksi,
• Status pasien (umur, BB, keadaan patologis, kehamilan & laktasi),
• Keamanan antibiotik,
• Biaya.
Dalam prakteknya :
• Terapi empirik sebelum identifikasi organisme.
• Berdasar bukti-bukti ilmiah & pengalaman, dengan mempertimbangkan : mengutamakan obat bakterisid, memilih obat dengan daya penetrasi baik (jaringan tubuh, sistem saraf pusat), memilih obat dengan frekuensi pemberian rendah (drug compliance), mengutamakan obat dengan pengikatan protein rendah, tidak merutinkan penggunaan antibiotik mutakhir (misalnya sefalosporin gen-3) agar terjamin ketersediaan antibiotik yang lebih efektif bila dijumpai resistensi)
Pemberian AB :
• Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar puncak obat dlm darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral.
• Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka frekuensi pemberiannya sering.
• Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati & menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap.
Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja
Bakteriostatika :
• Menahan pertumbuhan & replikasi bakteri pada kadar serum yang dapat dicapai tubuh pasien.
• Membatasi penyebaran infeksi saat sistem imun tubuh bekerja memobilisasi & mengeliminasi bakteri patogen.
• Misalnya : Sulfonamid, Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolid, Linkomisin.
Bakterisid :
• Membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup & diturunkan.
• Pembagian : a) Bekerja pd fase tumbuh kuman, misalnya : Penisilin, Sefalosporin, Kuinolon, Rifampisin, Polipeptida. b) Bekerja pada fase istirahat, misalnya : Aminoglikosid, INH, Kotrimoksazol, Polipeptida.
Spektrum Antimikroba
• Spektrum Sempit : bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal / grup tertentu. Misalnya, Isoniazid untuk mikobakteria.
• Spektrum Sedang : efektif melawan organisme Gram (+) & beberapa bakteri Gram (-). Misalnya, Ampisilin.
• Spektrum Luas : mempengaruhi spesies mikroba secara luas. Misalnya, Kloramfenikol & Tetrasiklin.
Kombinasi Obat-Obat Antimikroba
Pemberian AB tunggal lebih dianjurkan untuk :
• Organisme penyebab infeksi spesifik.
• Menurunkan kemungkinan superinfeksi.
• Menurunkan resistensi organisme.
• Mengurangi toksisitas
Pemberian Antibiotik kombinasi untuk keadaan khusus :
• Infeksi campuran.
• Ada risiko resistensi organisme, misalnya pada TBC.
• Keadaan yang membutuhkan AB dengan dosis besar, misalnya sepsis, dan etiologi infeksi yang belum diketahui.
Keuntungan Pemberian Antibiotik kombinasi :
• Efek sinergistik / potensiasi, misalnya : a) Betalaktam + Aminoglikosid; b) Kotrimoksazol (Sulfametoksazol + Trimetoprim); c) MDT pada AIDS (AZT + Ritonavir + 3TC).
• Mengatasi & mengurangi resistensi, misalnya : a) Amoksisilin + Asam klavulanat; b) Obat-obat TBC & lepra; c) MDT pada AIDS.
• Mengurangi toksisitas, misalnya : Trisulfa + sitostatika.
Kerugian Pemberian Antibiotik kombinasi :
• Antagonisme pada penggunaan bakteriostatika & bakterisid yang bekerja pada fase tumbuh.
Resistensi Obat
Definisi “resisten” :
• Bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh antibiotik pada kadar maksimal yang dapat ditolerir host.
Penyebab resistensi :
• Perubahan genetik,
• Mutasi spontan DNA,
• Transfer DNA antar organisme (konjugasi, transduksi, transformasi),
• Induksi antibiotik.
Perubahan ekspresi protein pada organisme yang resisten :
• Modifikasi tempat target,
• Menurunnya daya penetrasi obat (adanya lapisan polisakarida, adanya sistem efluks),
• Inaktivasi oleh enzim.
Antibiotika Profilaktik
• Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi, bukan untuk pengobatan infeksi.
• Lama pemberian ditentukan oleh lamanya risiko infeksi.
• Dapat timbul resistensi bakteri & superinfeksi.
Komplikasi Terapi AB
• Hipersensitivitas, misalnya pada pemberian Penisilin berupa reaksi alergi ringan (gatal-gatal) hingga syok anafilaktik.
• Toksisitas langsung, misalnya pada pemberian Aminoglikosid berupa ototoksisitas.
• Superinfeksi, misalnya pada pemberian antibiotik spektrum luas atau kombinasi akan menyebabkan perubahan flora normal tubuh sehingga pertumbuhan organisme lain seperti jamur menjadi berlebihan dan resistensi bakteri.
Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
• Inhibitor metabolisme asam folat (antagonisme kompetisi).
• Inhibitor sintesis dinding sel, misalnya betalaktam, vankomisin.
• Inhibitor sintesis membran sel.
• Inhibitor sintesis protein sel, misalnya tetrasiklin, aminoglikosid, makrolid, klindamisin, kloramfenikol.
• Inhibitor sintesis / fungsi asam nukleat, misalnya fluorokuinolon, rifampin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar